Welcome to My Blog

Di blog ini, kamu bisa melihat dan mencari informasi tentang pendidikan, mancari bahan materi kuliah, dan sekaligus cuci mata dengan melihat artis korea favorit kamu...
Jadi mampir dulu ke blogku yah?
Dimohon krtik dan sarannya
Gomawo..^^

Kamis, 29 Desember 2011

Hakikat Penelitian Pendidikan


1.1  Pengertian dan Tujuan Penelitian
A.     Pengertian Penelitian dan Penelitian Pendidikan
Menurut Hill Tyrus (dalam A.A. Gede Agung, 2010), pengertian penelitian secara umum ialah suatu cara untuk memahami sesuatu masalah/objek dengan melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah objek tersebut, yang dilakukan secara sangat hati-hati sehingga diperoleh pemecahannya. Bertitik tolak dari pengertian penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan oleh H. Tyrus, maka pengertian penelitian pendidikan adalah suatu cara untuk memahami sesuatu masalah-masalah atau objek-objek tentang pendidikan dengan melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah/objek pendidikan tersebut, yang mana penelitian dilakukan dengan sangat hati-hati sehingga diperoleh kesimpulan pemecahan masalah yang paling tepat sesuai masalah pendidikan yang teliti.
B.     Tujuan Penelitian Pendidikan
Menurut A.A. Gede Agung, terdapat tiga tujuan penelitian pendidikan yaitu:
1.  Untuk eksplorasi (penemuan) pengetahuan, teori, konsep, dalil atau generalisasi baru tentang pendidikan.
2.  Untuk developmentasi (mengembangkan, memperbaiki, atau memodifikasi) tentang teori-teori pendidikan yang telah lama ada, namun disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan zaman.
3.   Untuk memverifikasi (menguji atau memperkokoh) suatu teori-teori pendidikan atau generalisasi tentang pendidikan yang telah ada.

1.2  Manfaat Penelitian Pendidikan
Menurut A.A. Gede Agung, terdapat empat manfaat penelitian pendidikan yaitu:
1. Hasil penelitian pendidikan dapat dijadikan data untuk menggambarkan tentang keadaan kependidikan dan kemungkinan pengembangannya.
2.      Hasil penelitian pendidikan dapat dijadikan sarana untuk diagnosis dalam mencari sebab kegagalan dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan, sehingga mudah dapat dicari upaya pemecahannya.
3.      Hasil penelitian pendidikan dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan baru dalam menyusun strategi pengembangan pendidikan.
4.    Hasil penelitian pendidikan dapat melukiskan tentang kemampuan dalam biaya, peralatan, dan tenaga kerja baik secara kuantitas maupun kualitas yang sangat berperan bagi keberhasilan dalam bidang pendidikan.

1.3  Jenis-jenis Penelitian Pendidikan
a.      Menurut Tujuannya (Sutrisno Hadi dalam A.A. Gede Agung, 2010)
1.      Penelitian Eksploratif
Jenis penelitian ini dapat dijadikan data untuk menggambarkan tentang keadaan kependidikan dan kemungkinan pengembangannya.
2.      Penelitian Developmentasi
Jenis penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk diagnosis dalam mencari sebab kegagalan dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan, sehingga mudah dapat dicari upaya pemecahannya.
3.      Penelitian Verifikasi
Jenis penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan baru dalam menyusun strategi pengembangan pendidikan.
b.      Menurut Kegunaannya (Sutrisno Hadi dalam A.A. Gede Agung, 2010)
1.      Penelitian Dasar (Fundamental Research)
Penelitian dasar ini juga disebut juga penelitian murni (pure research). Penelitian ini terutama dilakukan untuk menemukan pengetahuan atau teori baru. Disamping itu juga untuk memahami atau menjelaskan gejala yang muncul tentang sesuatu hal.
 2.      Penelitian Terapan (Applied Research)
Jenis penelitian ini disebut juga “operational research”. Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi proses sesuatu dengan menerapkan teori-teori yang telah ada.
3.      Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian ini dilakukan terutama untuk mencari sesuatu dasar pengetahuan praktis dalam rangka memperbaiki keadaan yang dilakukan secara terbatas, dan biasanya dilakukan terhadap suatu keadaan atau program yang sedang berlangsung.
4.      Penelitian Evaluasi (Evaluation Research)
Jenis penelitian ini dilakukan untuk melakukan penelitian terhadap pelaksanaan suatu kegiatan yang sedang berjalan, dalam rangka mencari umpan balik untuk memperbaiki suatu sistem.
5.      Penelitian Assesmen (Assesment Research)
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan perubahan atau perbaikan perilaku individual setelah menjalani suatu perlakuan (treatment) selama jangka waktu tertentu dan menurut suatu program tertentu.
c.       Menurut Sifat-sifat Masalahnya (Sumadi Suryabrata dalam A.A. Gede Agung, 2010)
1.   Penelitian Historis adalah suaatu penelitian mengenai pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan penyebab, pengaruh atau perkembangan kejadian yang mungkin membantu dengan memberikan informasi pada kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang (dalam Sukardi, 2007:203).
2. Penelitian Deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best dalam Sukardi, 2007:157).
3.  Penelitian Perkembangan adalah penelitian yang memusatkan pada variabel-variabel dan perkembangannya selama beberapa kurun waktu (Hartono, 2004)
4.  Penelitian Kasus dan Lapangan adalah penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan (Hartono, 2004).
5.      Penelitian Korelasional adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih (dalam Sukardi, 2007:166).
6.   Penelitian Kausal-Komparatif merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa sebab akibat antara 2 variabel atau lebih. Penelitian ini merupakan tipe penelitian ex post facto (dalam Sukardi, 2007:171).
7. Penelitian Eksperimental Sungguhan adalah penelitian yang subjeknya diberikan perlakuan kemudian diukur akibat perlakuan pada diri subjek.
8. Penelitian Eksperimental Semu (kuasi eksperimen) adalah penelitian yang subjeknya tidak dikenakan perlakuan, tetapi diukur sifat-sifatnya tertentu.
9.   Penelitian Tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisir suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuatnya sehingga dapat diakses orang lain (dalam Sukardi, 2007:210).
d.      Menurut I.B. Nereta (dalam Gede Agung, 2010)
1.     Bidangnya sesuai dengan cabang ilmu. Misalnya penelitian hukum, ekonomi, pendidikan, pertanian dan lain-lain.
2.      Tujuannya yaitu eksplorasi, developmentasi, verifikasi.
3.      Tempatnya seperti penelitian di laboratorium, di Perpustakaan, Lapangan/kancah.
4.   Pemakaiannya meliputi penelitian murni (untuk pengembangan disiplin ilmu tertentu),  penelitian terapan (bermanfaat langsung bagi kehidupan manusia).


Dari Berbagai Sumber






Rabu, 28 Desember 2011

Model Pembelajaran Kuantum


1.      Deskripsi Model Pembelajaran Kuantum
Meskipun dinamakan pembelajaran kuantum, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum tidaklah diturunkan atau ditransformasikan secara langsung dari fisika kuantum yang sekarang sedang berkembang pesat. Walaupun ada sedikit kemiripan terutama terlihat dalam konsep kuantum. Dalam fisika kuantum, istilah kuantum memang diberi konsep perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Menurut DePorter (dalam Sugiyanto, 2009), mengemukakan bahwa istilah kuantum bermakna “interaksi-nteraksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Disamping itu, dalam pembelajaran kuantum diyakini adanya keberagaman dan interdeterminisme dari analogi rumus Teori Relativitas Einstein, bukan transformasi rumus Teori Relativitas Einstein. “Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi (E = mc2)”. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi hubungan, inspirasi agar menjadi energi cahaya. Jelaslah disini bahwa prinsip pembelajaran kuantum bukan penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi prinsip-prinsip fisika kuantum, melainkan hanya sebuah analogi prinsip Relativitas Einstein. Jadi akar landasan pembelajaran kuantum bukan fisika kuantum.
Secara sederhana, pembelajaran kuantum (quantum learning) dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami.
           Asas utama pembelajaran kuantum  adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini dapat diartikan bahwa kita diingatkan tentang pentingnya memasuki dunia murid dengan mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, kita dapat membawa mereka kedalam dunia kita dan memberikan mereka pemahaman kita mengenai isi dunia itu
          Model pembelajaran kuantum merupakan model belajar yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan dapat mengembangkan secara cepat potensi siswa karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar yang dialami siswa. Untuk untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, Model pembelajaran kuantum memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut yaitu :
a.       Segalanya berbicara artinya segala dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, rancangan pelajaran semua mengirimkan pesan tentang belajar;
b.      Segalanya bertujuan artinya semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan;
c.    Pengalaman sebelum pemberian nama artinya proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka mempelajarinya;
d.     Akui setiap usaha artinya pada saat siswa belajar, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka;
e.   Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan artinya perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan sikap positif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Model Pembelajaran Kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah simponi, yang membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi. Konteks adalah kondisi yang disiapkan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kerangka pembelajaran kuantum. Penyiapan kondisi ini meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran yang dinamis. Isi merupakan penyajian materi pelajaran yang menerapkan kerangka pembelajaran kuantum, yang dikembangkan dengan konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and Celebrate). Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Secara garis besar pembelajaran yang menggunakan model kuantum menunjukkan ciri-ciri: (1) penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu; (2) pemanfaatan ikon-ikon sugestif yang membangkitkan semangat belajar siswa; (3) penggunaan “stasiun-stasiun kecerdasan” untuk memudahkan siswa belajar sesuai dengan modalitas kecerdasannya; (4) penggunaan bahasa yang unggul; (5) suasana belajar yang saling memberdayakan; (6) dan penyajian materi pelajaran yang prima.
Penyajian materi pelajaran terdiri dari enam langkah dengan urutan: (1) penumbuhan minat siswa, (2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, (3) penyampaian materi dengan multimetode dan multimedia, (4) adanya demonstrasi oleh siswa, (5) pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, dan (6) penghargaan terhadap setiap usaha berupa pujian, dorongan semangat, atau tepukan.

2.      Ciri-ciri Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran kuantum  memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.  Sintaks
Tahapan pelaksanaan model kuantum  dalam pembelajaran yaitu:
Tahap I : Tumbuhkan
Penciptaan suasana kelas mampu menumbuhkan minat dan motivasi siswa. Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu dalam bentuk: Apakah Manfaatnya Bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti topik pelajaran ini dengan guruku? Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Tumbuhkan niat yang kuat pada diri anda bahwa anda akan menjadi guru dan pendidik yang hebat.

Tahap II : Alami
Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Kegiatan apa yang dapat diberikan agar pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki siswa bertambah. Dalam proses pembelajaran, partisipasi aktif siswa sangat diperlukan untuk pemerolehan pengalaman dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner  menyarankan agar siswa berpartisipasi aktif dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan berusaha sendiri mencari pengetahuan serta menemukan sendiri konsep-konsep yang sudah ada.
Berdasarkan pendapat Bruner diatas, maka tahap alami pada model Kuantum yang digunakan pada pembelajaran di kelas VIII  yaitu dengan memberikan pengalaman baru pada siswa dengan cara melakukan percobaan untuk membuktikan suatu konsep. Pengajar juga memberikan masalah atas konsep yang telah diperoleh sebagai bahan diskusi kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Hal ini dapat menciptakan kerjasama antar siswa dan memberikan kebebasan siswa untuk berpikir. Proses percobaan dan diskusi kelompok diiringi musik instrumental untuk merangsang semangat, meningkatkan fokus dan membantu membina hubungan antara guru dengan siswa atau antar sesama siswa.

Tahap III : Namai
Guru menyediakan konsep, rumus, strategi atau sebuah masukan terhadap masalah yang telah diberikan. Misalnya, setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.

Tahap IV : Demonstrasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil percobaan dan diskusi sehingga memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.

Tahap V : Ulangi
         Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengulangi materi. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini!”.

Tahap VI : Rayakan
         Pengakuan terhadap terhadap partisipasi, pemerolehan keterampilan dan pengetahuan siswa. Pengakuan tersebut diwujudkan dengan pemberian penghargaan dan perayaan. Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Jadi, jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik, layak untuk dirayakan lewat bertepuk tangan, bernyanyi bersama-sama, atau secara bersama-sama mengucapkan “Aku Berhasil!”

b.  Sistem Sosial
Model pembelajaran kuantum mengubah suasana belajar sehingga menggairahkan. Komponen utama dalam membangun suasana belajar yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan dan ketakjuban, pengambilan resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan
Guru membantu siswa untuk memahami materi dan memberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi terbuka dan mengakui setiap usaha yang telah dilakukan siswa.

c.   Prinsip - Prinsip Reaksi
Guru membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dalam proses pembelajaran. Guru selalu mencoba untuk menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.

d.   Sistem Dukungan
Sistem pendukung pembelajaran adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pengubahan lingkungan pembelajaran yang semula membosankan menjadi lingkungan pembelajaran yang mendukung dapat membuat siswa lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam menata lingkungan yang mendukung proses pembelajaran kuantum antara lain : menggunakan alat bantu, mengatur bangku, menghadirkan tumbuhan, aroma, dan menghadirkan musik.

3.      Pendekatan yang Digunakan dalam Pembelajaran Kuantum
Dalam penerapan model pembelajaran kuantum, cara pandang atau pendekatan yang cocok digunakan adalah sebagai berikut.
a.      Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry adalah pendekatan dengan cara menyelidiki atau mencari. Dalam menyajikan pelajaran dengan pendekatan inquiry, guru membimbing siswa untuk beraktivitas melalui penyelidikan dan mencari atau mendapatkan data secara eksperimen. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis atau disimpulkan menjadi suatu hukum atau rumusan, sehingga diharapkan siswa dapat memperoleh konsep-konsep pengetahuan dari hasil eksperimennya sendiri. Ilmu pengetahuan atau kesimpulan yang didapat siswa, sebagian besar harus berdasarkan atas hasil usaha siswa itu sendiri. Pengamatan, penyelidikan maupun percobaan, dan analisis datanya harus dilakukan siswa sendiri dengan mendapatkan bimbingan dari guru.
Dengan pendekatan inquiry, siswa dituntut sebanyak-banyaknya melakukan eksperimen atau pengamatan. Dengan demikian sekolah harus memiliki sejumlah alat – alat pelajaran yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Apabila alat-alat tersebut tidak ada, guru dituntut untuk mengadakan alat-alat tersebut dengan menggunakan bahan yang sesederhana mungkin namun dapat mempunyai fungsi yang sama dengan alat-alat buatan pabrik. Selain itu juga, metode penyampaian dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Metode ceramah sebaiknya dikurangi. Proses pembelajaran sebaiknya menjadikan siswa lebih aktif, guru hanya sebagai pembimbing atau fasilitator sedangkan siswa aktif melakukan kegiatan-kegiatan. Siswa hendaknya dituntut keaktifannya baik fisik maupun mental ( intelectual-emotional). Metode yang sekiranya baik adalah metode eksperimen, metode demonstrasi, metode tanya jawab, diskusi, metode tugas, metode proyek.

4.      Metode dalam Pembelajaran Kuantum  
Sebagai cara yang dapat dipergunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam pembelajaran kuantum, metode yang cocok digunakan adalah sebagai berikut.
a.      Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan demikian siswa diajarkan untuk mencoba mencari suatu hukum atau dalil dengan menarik kesimpulan atas proses yang dialami dalam percobaan.
Untuk melakukan percobaan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok terdiri atas sejumlah siswa yang mempunyai kemampuan berbeda yang ditentukan oleh guru pengajar. Mereka duduk mengelilingi meja yang disusun berhadapan sehingga lebih mudah untuk melakukan kerja sama antara anggota kelompok. Dalam hal ini guru mengamati tiap siswa disamping memberi dorongan untuk berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan Metode Eksperimen
a.       Membuat siswa lebih percaya atas materi pelajaran berdasarkan percobaan.
b.      Membina siswa untuk belajar membuat penemuan berdasarkan percobaan.
c.       Hasil percobaan dapat bermanfaat untuk kepentingan manusia.
Kekurangan Metode Eksperimen
a.       Metode ini memerlukan peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh.
b.      Menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
c.       Setiap percobaan tidak selalu mencapai hasil yang diharapkan karena ada faktor-faktor tertentu.



b.       Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan sebagai berikut.
1.      Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.
2.      Mengkonkretkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
3.      Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada siswa secara bersama-sama.
Keuntungan metode demonstrasi adalah
1.      Demonstrasi menarik dan menahan perhatian.
2.      Demonstrasi menghadirkan subjek dengan cara yang mudah dipahami.
3.      Demonstrasi menyakinkan hal-hal yang meragukan.
4.      Metode demonstrasi adalah objektif dan nyata.
5.      Metode demonstrasi menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contohnya.
6.      Demonstrasi mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya.
      Keterbatasan metode demonstrasi adalah
1.      Demonstrasi yang baik tidak mudah dilaksanakan. Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi yang baik.
2.      Metode demonstrasi terbatas hanya untuk jenis pengajaran tertentu.
3.      Demonstrasi hasil memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal.
4.      Demonstrasi memerlukan banyak persiapan awal.

c.       Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan cara penyajian pembelajaran dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Metode diskusi memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan gagasannya terhadap pertanyaan atau jawaban yang diajukan oleh peserta diskusi lain. Dengan metode diskusi, seorang guru dapat mengetahui pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya serta dapat meluruskan pengetahuan siswa yang mungkin salah.
Setiap metode mempunyai keunggulan dan kelemahan, tetapi yang terpenting bagi guru adalah metode mengajar yang digunakan harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai, bahan, jenis belajar siswa yang diinginkan. Di dalam diskusi terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru. Proses interaksi tersebut dapat menyebabkan semua atau sebagian besar peserta ikut terlibat aktif. Metode diskusi mempunyai kebaikan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah sebagai berikut.
Kelebihan metode diskusi :
b.  Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
c.       Mengembangkan sikap menghargai orang lain.
d.      Memperluas wawasan.
e.       Membina musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
Kelemahan metode diskusi:
b.      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu panjang.
c.       Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.
d.      Peserta mendapat informasi yang terbatas.
e.       Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau  ingin menonjolkan diri.